Faza Dina Zad

Rabu, 26 Maret 2014

LAPORAN RESMI SKILL LAB
MODUL CARDIOVASCULAR


 



Disusun oleh :
Faza Dinazad (312110012)



PRODI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2014



I.                   TUJUAN
·         Tujuan  Umum
untuk menjelaskan tentang penyakit dislipidemia.
·         Tujuan khusus
1.      Agar  mahasiswa/i dapat mengetahui gejala dari dislipidemia.
2.      Agar mahasiswa/mahasiswi dapat mengetahui faktor penyebab dan faktor pencetus dislipidemia.
3.      Agar mahasiswa/I dapat mengetahui pemilihan terapi untuk menyembuhkan hipertensi, dislipidemia, penyakit sindrom koroner akut.

II.                LANDASAN TEORI
Penyakit kardiovaskuler (PKV) terutama Penyakit Jantung koroner merupakan penyakit revalen dan menjadi pembunuh utama dinegara-negara industri. Di Indonesia PKV pada survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRT) 1972 menunjukkan PKV menduduki urutan ke-l1, 1986 menduduki muffin ke-3, dan SKRT 1992 merupakan Penyebab kematian pertama untuk usia di atas 40 tahun
Etiologi aterosklerosis adalah multifaktorial tetapi ada berbagai keadaan yang erat kaitannya dengan aterosklerosis yaitu faktor genetik/riwayat keluarga dan penyakit jantung koroner, stroke, penyakit pembuluh darah perifer, usia, kelamin pria, kebiasaan merokok, dislipidemia, hipertensi, obesitas, diabetes melitus, kurang aktifitas fisik dan manopause.
Salah satu faktor resiko aterosklerosis utama adalah Dislipidemia. Di Indonesia prevalensi dislipidemia semakin meningkat. Penelitian MONICA di Jakarta 1988 menunjukkan bahwa kadar rata-rata kolesterol total pada wanita adalah 206.6 mg/dl dan pria 199,8 mg/dl, tahun 1993 meningkat menjadi 213,0 mg/dl pada wanita dan 204,8 mg/dl pada pria. Dibeberapa daerah nilai kolesterol yang sama yaitu Surabaya (1985): 195 mg/dl, Ujung Pandang (1990): 219 mg/dl dan Malang (1994): 206 mg/dl.
Apabila dipakai batas kadar kolesterol > 250 mg/dl sebagai batasan hiperkolesterolemia maka pada MONICA I terdapatlah hiperkolesterolemia 13.4 % untuk wanita dan 11,4 % untuk pria. Pada MONICA II hiperkolesterolemia terdapat pada 16,2 % untuk wanita dan 14 % pria.
Telah banyak bukti-bukti yang diperoleh dari penelitian eksperimental, epidemiologis dan klinis tentang peran dislipidemia pada penyakit kardiovaskuler aterosklerosis yang intinya adalah :
·         Dislipidemia merupakan faktor resiko yang utama
·         Perubahan gaya hidup masyarakat erat hubungannya dengan peningkatan kadar lipid
·         Bahwa penurunan kadar kolesterol sebesar 1 % akan menurunkan resiko PJK sebesar 2 %
·         Bahwa upaya mengubah gaya hidup ( berhenti merokok, memelihara berat badan idial, membatasi asupan makan yang mengandung kolesterol dan lemak jenuh ) akan menurunkan resiko PJK dan dapat menyebabkan perlambatan bahkan regresi aterosklerosis.
·         Bahwa pengendalian kadar lipid sampai batas yang dianjurkan harus merupakan bagian integral dari pencegahan primer dan terapi penderita PKV.
·         Bahwa apabila cara-cara nonfarmakologist sesuai yang dianjurkan berhasil mengendalikan kadar lipid maka obat-obat pengendalian dislipidemia mempunyai peranan yang bermakna.
Meskipun informasi mengenai dislipidemia sudah meluas namun masih banyak perbedaan pendapat dan tindakan, al: nilai-nilai sasaran, parameter pemeriksaan, metode pemeriksaan dan langkah-langkah pengobatan. Mengingat bahwa data epidemiologis dan klinis yang memadai untuk Indonesia belum ada, perlu disusun suatu pedoman mengenai deteksi, pencegahan dan penatalaksaan dislipidemia, terutama dalam kaitannya dengan penyakit kardiovaskuler.
Pedoman ini diharap akan memberi kesamaan pandangan, dan dapat dijadikan pegangan dalam penanggulangan masalah dislipidemia dimasyarakat sehingga bermanfaat untuk pencegahan, penanggulangan penderita dan untuk penelitian penyakit jantung koroner.
Definisi Dislipidemia
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar HDL. Dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya mempunyai peran yang penting dan sangat kaitannya satu dengan yang lain, sehingga tidak mungkin dibicarakan sendiri-sendiri. Ketiga-tiganya sekaligus dikenal sebagai Triad Lipid.
Patogenesis Aterosklerosis dan Hipotesis Lemak
Aterosklerosis adalah suatu bentuk ateriosklerosis yang terutama mengenai lapisan intima dan umumnya terjadi di arteri muskuler ukuran besar dan sedang serta merupakan kelainan yang mendasari penyakit jantung iskemik.
Lesi aterosklerosis diklasifikaiskan alas 3 tahap secara morfologik: bercak perlemakan, plak fibrosa, dan lesi terkomplikasi. Sebelum terjadinya bercak perlemakan sudah ada gel-gel busa. Bercak perlemakan sudah bisa ditemukan pada usia 10 tahun dan meningkat kekerapannya pada usia 30 tahun. Flak fibrosa adalah bentuk lesi yang khas untuk aterosklerosis yang sudah berkembang. Lesi terkomplikasi adalah plak fibrosa yang sudah mengalami perubahan oleh peningkatan nekrosis sel, perdarahan, deposit kalsium atau diquamasi permukaan endotel diatasnya dan pembentukan trombus. Lesi terkomplikasi dapat mengakibatkan gangguan aliran di lumen pembuluh darah.
Faktor yang bertanggung jawab atas penumpukan lipid pada dinding pembuluh darah dan beberapa tiorial :
1.      Adanya defek pada fungsi reseptor LDL di membran gel
2.      Gangguan transpor lipoprotein transeluler (endositotoktik)
3.      Gangguan degrasi oleh lisosom lipoprotein
4.      Perubahan permeabilitas endotel
Tahap awal yang penting pada aterogenesis adalah adanya partikel LDL yang ada dalam sirkulasi terjebak di dalam intima. LDL ini mengalami oksidasi atau perubahan lain dan kemudian dipindahkan oleh reseptor "Scavenger" khusus pada makrofag dan gel -gel mural yang lain. Tidak ada pengendalian umpan balik atas pembentukan reseptor. Reseptor ini, dan ester-ester kolesterol kemudian berakumulasi didalam gel sehingga membentuk gel busa. Set gel busa membentuk bercak perlemakan yang bisa menyebabkan disrubsi pada endotelium. Akhirnya faktor pertumbuhan mengakibatkan proliferasi gel dan akhirnya lesi aterosklerosis yang lanjut. Hubungan antara Hipotesis infiltrasi lipid dengan luka endotel pada perkembangan aterosklerosis ada pada diagram ini.
 
Pedoman Klinis Kadar Lipid Sehubungan Dengan Resiko PKV
Angka patokan kadar lipid yang memerlukan pengelolaan, penting dikaitkan dengan terjadinya komplikasi kardiovaskuler. Dari berbagai penelitian jangka panjang di negara-negara barat, yang dikaitkan dengan besarnya resiko untuk terjadinya PKV, dikenal patokan kadar kolesterol total sbb :
a)              Kadar yang diinginkan dan diharapkan masih aman (desirable) adalah < 200 mg/dl
b)              Kadar yang sudah mulai meningkat dan harus diwaspadai untuk mulai dikendalikan (bordeline high) adalah 200-239 mg/dl
c)               Kadar yang tinggi dan berbahaya bagi pasien (high) adalah > 240 mg/dl .
Untuk trigliserida besamya pengaruh terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi kardiovaskuler belum disepakati benar. NECP (National Cholesterol Education Program) tidak memesukkan kadar trigliserida dalam anjuran pengelolaan lipid mereka. Sebaliknya kelompok kontinental memasukkan juga faktor trigliserida dalam algoritma yang mereka anjurkan, dilandasi oleh penelitian mereka di Eropa ( studi Procam dan studi Paris ).
Di Indonesia data epidemiologis mengenai lipid masih langka, apa lagi longitudinal yang berkaitan dengan angka kesakitan atau angka kematian penyakit kardiovaskuler.
Secara klinis digunakanlah kadar kolesterol total sebagai tolak ukur, walupun berdasarkan patofisiologi, yang berperan sebagai faktor resiko adalah kolesterol LDL.
Pada pasien IMA terjadi perubahan plasma lipid, sehingga profil lipid perlu dianalisa dengan hati-hati apabila diperiksa pada masa penyembuhan IMA . Kadar trigliserida menjadi nilainya lebih tinggi 3 mingu dan kemudian kembali ke nilai semula 6 minggu pasca IMA, sebaliknya nilai kolesterol total dan kol-LDL pasca IMA, dan kembali mencapai kadar pra IMA dalam 8-12 minggu.
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium memegang peranan penting dalam menegakkan diagnosa. Parameter yang diperiksa: kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan trigliserid.
a.       Persiapan
·         Sebaiknya subjek dalam keadaan metabolik stabil, tidak ada perubahan berat badan, pola makan, kebiasaan merokok, olahraga, minum kopi/alkohol dalam 2 minggu terahir sebelum diperiksa, tidak ada sakit berat atau operasi dalam 2 bulan terakhir.
·         Tidak mendapat obat yang mempengaruhi kadar lipid dalam 2 minggu terakhir. Bila hal tersebut tidak memungkinkan, pemeriksaan tetap dilakukan tetapi, dengan disertai catatan.
b.      Pengambilan bahan pemeriksaan
·         Pengambilan bahan dilakukan setelah puasa 12-16 jam ( boleh minum air putih) . Sebelum bahan diambil subyek duduk selama 5 menit
·         Pengambilan bahan dilakukan dengan melakukan bendungan vena seminimal mungkin.
·         Bahan yang diambil adalah serum.
c.       Analis
·         Analis kolesterol total dan trigliserida dilakukan dengan metode ensimatik
·         Analis kolesterol HDL dan Kol-LDL dilakukan dengan metode presipitasi dan ensimatik Kadar kolesterol LDL sebaiknya diukur secara langsung, atau dapat juga dihitung menggunakan rumus Friedewaid kalau kadar trigliserida < 400 mg/d, sbb:
Klasifikasi
1.      klasifikasi fenotipik
a.      klasifikasi EAS (European Atheroselerosis Society)
b.      Klasifikasi NECP (National Cholesterol Education Program)
c.       Klasifikasi WHO ( World Health Organization)
 
2.      Klasifikasi Patogenik.
a.      Dislipidemia Primer
·         Hiperkolesterolemia poligenik
·         Hiperkolesterolemia familial
·         Dislipidemia remnant
·         Hyperlipidemia kombinasi familial
·         Sindroma Chylomicron
·         Hypertrriglyceridemia familial
·         Peningkatan Cholesterol HDL
·         Peningkatan Apolipoprotein B
b.      Dislipidemia Sekunder
Penilaian Faktor Resiko Menyeluruh
PKV merupakan penyakit dengan etiologi multifaktorial sehingga semua faktor resiko perlu dipertimbangkan dalam upaya pencegahan, baik primer maupun sekunder. Faktor resiko tersebut ada yang bisa dimodifikasi seperti: dislipidemia, hipertensi, merokok, obesitas dan diabetes melitus, serta yang tidak hiss dimodifikasi seperti: usia jenis kelamin laki-laki, riwayat keluarga serta riwayat PKV sebelumnya. Agar pencegahan dapat lebih berhasil maka semua faktor resiko yang dapat dimodifikasi harus dikendalikan secara serentak.
Sehubungan dengan strategi pengelolaan dislipidemia berdasarkan agar kol. LDL faktor resiko lain yang perlu diperhatikan meliputi :
a)      Faktor resiko positif
b)      Faktor resiko negative
Deteksi Dini dan Evaluasi
Siapa yang sebaiknya diperiksa ?
Pemeriksaan penyaring untuk profil lipid dilakukan pada semua orang dewasa berusia diatas 30 tahun atas anjuran petugas kesehatan atau atas permintaan sendiri. Pemeriksaan selektif harus dilakukan pada mereka yang beresiko tinggi untuk terjadinya PKV yaitu:
·         Bukti adanya PJK dan atau manifestasi aterosklerosis yang lain
·         Riwayat keluarga PJK prematur
·         Riwayat keluarga dengan dislipidemia
·         Bukti adanya faktor resiko PJK yang lain
Ø  DM
Ø  Hipertensi
Ø  Merokok
Ø  Obesitas ( BMI > 27 kg/m)
·         Atau atas permintaan sendiri.


Pengelolaan Dislipidemia
I.                   Umum
Pilar utama pengelolaan dislipidemia adalah upaya nonfarmakologist yang meliputi modiflkasi diet, latihan jasmani serta pengelolaan berat badan. Tujuan utama terapi diet disini adalah menurunkan resiko PKV dengan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol serta mengembalikan kesimbangan kalori, sekaligus memperbaiki nutrisi. Perbaikan keseimbangan kalori biasanya memerlukan peningkatan penggunaan energi melalui kegiatan jasmani serta pembatasan asupan kalori
II.                Upaya Non Farmakologist
Terapi diet
Terapi diet dimulai dengan menilai pola makan pasien, mengidentifikasi makanan yang mengandung banyak lemak jenuh dan kolesterol serta berapa sering keduanya dimakan. Jika diperlukan ketepatan yang lebih tinggi untuk menilai asupan gizi, perlu dilakukan penilaian yang lebih rinci, yang biasanya membutuhkan bantuan ahli gizi.Penilaian pola makan penting untuk menentukan apakah harus dimulai dengan diet tahap I atau langsung ke diet tahap ke II. Hasil diet ini terhadap kolesterol serum dinilai setelah 4-6 minggu dan kemudian setelah 3 bulan.
Latihan jasmani
Dari beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat meningkatkan kadar HDL dan Apo AI, menurunkan resistensi insulin, meningkatkan sensitivitas dan meningkatkan keseragaman fisik, menurunkan trigliserida dan LDL, dan menurunkan berat badan.
Setiap melakukan latihan jasmani perlu diikuti 3 tahap :
1)      Pemanasan dengan peregangan selama 5-10 menit
2)      Aerobik sampai denyut jantung sasaran yaitu 70-85 % dari denyut jantung maximal ( 220 - umur ) selama 20-30 menit .
3)      Pendinginan dengan menurunkan intensitas secara perlahan - lahan, selama 5-10 menit. Frekwensi latihan sebaiknya 4-5 x/minggu dengan lama latihan seperti diutarakan diatas. Dapat juga dilakukan 2-3x/ minggu dengan lama latihan 45-60 menit dalam tahap aerobik.

III.             Farmakologi
Bila terapi Non Farmakologi tidak berhasil maka kita dapat memberikan bermacam-macam obat normolipidemia tergantung dari jenis dislipidemia yang kita dapat. Beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan adalah kemampuan dari pada obat obat tersebut dalam mempengaruhi KHDL, Trigliserida, Fibrinogen, KLDL, dan juga diperhatikan pengaruh atau efek samping dari pada obat-obat tersebut .
Saat ini didapat beberapa golongan obat :
1)      Golongan resin ( sequestrants )
2)      Asam nikotinat dan Acipimox
3)      Golongan Statin (HMG-CoA Reductase Inhibitor)
4)      Derivat Asam Fibrat
5)      Probutol
6)      Lain – lain
Langkah–langkah pengelolaan pada pasien dislipidemia dalam kaitannya dengan penyakit jantung koroner (PJK)
Siapa yang harus diobati?
a.      Untuk penderita PJK
b.      Usia > 30 tahun tanpa PJK namun mempunyai 2 faktor resiko atau lebih

c.       Usia diatas 30 tahun tanpa PJK dan hanya ada satu faktor resiko atau kurang.
 


III.             URAIAN KASUS
Wy, 56 tahun, 75kg, laki laki, mengalami sesak dada di sebuah pantai setelah 4 jam bermain futsal,kemudian bertengkar dengan seorang teman prianya. Sesak dada Wy menjalar ke lengan kiri. Ia menjadi sesak nafas dan mengeluarkan keringat. Paramedis lokal dipanggil dan ia diberi tiga tablet 0,4mg nitrogliserin sublingual, 325mg aspirin melalui mulut dan injeksi IV metoprol 5mg, tapi tidak mampu mengurangi ketidaknyamanan dada. Wy dilarikan ke Rumah Sakit setempat, namun RS tidak mempunyai fasilitas kateterisasi jantung.
Riwayat kesehatan pasien : Hipertensi selama 5 tahun, Dislipidemia selama 7 bulan. Pernah mengalami dua kali penyakit pembuluh arteri koroner
Riwayat keluarga : ayah mengalami infark miokard pada usia 65, ibu hidup sehat, satu saudara perempuan menderita hipertensi
Riwayat Sosial : Merokok 2 bungkus per hari selama 30 tahun, berhenti 1 bulan lalu. Tidak ada alergi obat yang diketahui
Obat-obat yang dikonsumsi:
·         Metoprolol 25mg tablet 2x1
·         Asetosal 325 mg tablet 1x1
·         Lipitor 10mg tab 1x1 siang hari
·         Lisinopril 5mg tablet 1x1
Tanda vital : tekanan darah 110/70, denyut jantung 98/menit, suhu 37c
Laboraturium
Natrium 138 mEq/L, kalium 4,2 mEq/L, Klorida 105mEq/L, bikarbonat 24 mEq/L, kreatinin serum 1,0 mg/Dl, glukosa 95mg/dL, sel darah putih 9,9x103/mm3, hemoglobin 15,7g/dL, hematokrit 47%, trombosit 220x103/mm3, Troponin I 16ng/mL

IV.             PENYELESAIAN KASUS DENGAN METODE SOAP
1.      Penyelesaian kasus hipertensi dengan metode SOAP (Subjective, Objective, Assesment, Plan)
a)      Subjective
1)      Identitas Pasien
Nama Pasien           : Wy
Usia                                    : 56 tahun
Jenis Kelamin         : Laki-laki
2)      Keluhan pasien
·         sesak dada menjalar ke lengan kiri
·         menegeluarkan keringat berlebih.
3)      Riwayat Keluarga 
·         ayah menderta infark miokardia pada usia 65 tahun
·         saudara perempuan menderita hipertensi,
4)      Riwayat kesehatan
·         hipertensi selama 5 tahun
·         dislipidemia selama7 bulan
·         mengalami 2 x penyakit pembuluh arteri koroner.
5)      Riwayat sosial
·         merokok 2 bungkus perhari selama 30 tahun, berhenti 1 bulan lalu.
·         Tidak ada alergi obat.
6)      Perilaku pasien
olahraga futsal 4 jam.
b)      Objective
1)      Data Vital Sign
·         BB                   : 75 kg
·         TD                   : 110/70 mmHg
·         Denyut jantung : 98/menit
·         Suhu                : 37°C
2)      Data Laboratorium
·         Hematocrit      : 47%  
·         SCr      : 1,0 mg/dL
·         Na : 138 mEq/L
·         Kalium : 4,2 mEq/L
·         Clorida : 105 mEq/L
·         Bikarbonat : 24 mEq/L
·         Glukosa : 95 mg/dL
·         WBC : 9,9 x 10³/mm
·         Hb : 15,7 g/dL
·         Trombosit 220 x 10³/mm
·         Troponin I 16 ng/mL
c)      Assesment
1)      Problem Medik
Didalam kasus ini pasien mempunyai riwayat penyakit dislipidemia selama 7 bulan selain itu pasien tersebut juga mempunyai riwayat penyakit hipertensi selama 5 tahun dan mengalami 2 x penyakit pembuluh arteri koroner.
2)      Terapi yang diperoleh
Terapi yang diperoleh dari pasien adalah Metoprolol 25mg tablet 2x1, Asetosal 325 mg tablet 1x1, Lipitor 10mg tab 1x1 siang hari, Lisinopril 5mg tablet 1x1, tetapi ketika pasien mengalami sesak dada kemudian menjalar ke lengan kiri dan saat itu pasien juga mengalami sesak nafas dan mengeluarkan keringat berlebih, pasien diberi terapi tiga tablet 0,4mg nitrogliserin sublingual, 325mg aspirin melalui mulut dan injeksi IV metoprol 5mg.
3)      DRP’s :
·         Over Dose :
Obat yang dikonsumsi oleh pasien tidak mengalami Over Dose.
·         Under Dose :
Obat yang dikonsumsi oleh pasien tidak mengalami under dose.
·         Pemilihan obat tidak tepat :
Pemilihan obat pada kasus ini tidak tepat untuk obat asetosal diganti dengan clopidgrel.
·         Interaksi Obat
Pada kasus ini terjadi interaksi obat.
·         Obat Tanpa Indikasi
Pada kasus ini terjadi interaksi obat.
·         Indikasi tanpa obat
Tidak ada indikasi tanpa obat pada kasus ini.
·         Kepatuhan Pasien
Pada kasus ini pasien sangat patuh untuk mengkonsumsi obat.
d)      Plan
1)      Penetapan tujuan terapi
·         Menurunkan angka mortalitas morbiditas pasien
·         Memvasodilatasi pembuluh darah dan mencegah adanya komplikasi penyakit lain.
2)      Solusi dari Problem DRP’s
·         Mengganti asetosal dengan Clopidogrel
·         Jika tidak dapat diobati dengan anti trombosis, maka dilakukan kateterisasi jantung.
3)      Pemilihan Terapi farmakologi berdasar farmakoterapi rasional (4T1W)
a.       Tepat Indikasi :
METOPROLOL
Indikasi : untuk hipertensi, gagal jantung, dan paska infark miokardia.
ASETOSAL
Indikasi : Obat ini diindikasikan untuk mengurangi nyeri kepala, nyeri gigi, migraine, nyeri menelan, dan dismenorrhea (nyeri berlebihan saat menstruasi). Selain itu, obat ini juga dapat digunakan untuk mengurangi gejala pada influenza, demam, nyeri reumatik, dan nyeri – nyeri otot.
Fungsi lain yang kerap kali berguna adalah efek anti-trombotik (menghambat aktivasi trombosit) yang merupakan efek yang sangat berguna sebagai pencegah serangan berulang pada pasien dengan nyeri dada akibat sumbatan pada arteri koroner jantung, dan juga pada pasien yang sedang mengalami kejadian nyeri dada akibat sumbatan pada arteri koroner jantung.
LIPITOR
Indikasi : Terapi tambahan untuk menurunkan kadar kolesterol total, LDL, apolipoprotein B, dan trigliserida yang meningkat pada pasien dengan hiperkolesterolemia primer, hiperlipidemia kombinasi atau campuran, hiperkolesterolemia familial heterozigot dan homozigot dimana respon terhadap diet dan terapi non farmakologi lain tidak adekuat. Menurunkan risiko penyakit jantung koroner dan infark miokard non fatal, stroke, dan revaskularisasi, angina pektoris pada pasien dislipidemia dan usia > 40 tahun dengan paling sedikit 3 faktor risiko seperti merokok, riwayat penyakit arteri koroner, dan NIDDM. Pada anak usia 10-17 tahun sebagai tambahan terhadap diet untuk mengurangi kadar kolesterol total, LDL, dan apo-B pada pasien anak lelaki dan perempuan pasca menarke (10-17 tahun) dengan hiperkolesterolemia heterozigot familial jika sesudah dicoba diberikan diet adekuat ditemukan tanda-tanda sebagai berikut : LDL tetap >= 190 mL/dL atau LDL tetap >= 160 mg/dL dan ada riwayat penyakit KV prematur dalam keluarga atau memiliki 2 atau lebih faktor resiko penyakit KV.
LISINOPRIL
Indikasi :
-          Pengobatan hipertensi tingkat sedang sampai berat dapat dipergunakan sendiri atau bersama dengan obat anti hipertensi lain.
-          Pengobatan payah jantung kongestif sebagai terapi tambahan di samping diuretika dan bila perlu dengan digitalis.
b.      Tepat dosis
NITROGLICERIN
Pengobatan akut : 0,3-0,6 mg SL tiap 5 menit sampai 3 kali, gunakan pada tanda pertama dari angina. Perhatian medis yang segera diperlukan jika tidak ada bantuan ,Larutkan bawah lidah atau di kantong bukal
Pencegahan : 1 tablet SL 5-10 menit sebelum kegiatan yang cenderung memicu serangan angina
ASPIRIN
160-325 mg PO; chew nonenteric-coated tablet setelah beberapa menit timbul gejala
Pemeliharaan (pencegahan sekunder)
75-81g PO per hari ; dapat diberikan 81-325 mg / hari
Regimen mungkin tergantung pada obat dipakai bersamaan atau kondisi komorbiditas
METOPROLOL
-          AMI :
metoprolol tartrat (Lopressor)
5 mg IV per 2 menit , sampai 3 dosis, kemudian, 15 menit setelah IV terakhir, 50 mg PO tiap 6 jam selama 48 jam, kemudian 50-100 mg PO tiap 12 jam
jika dosis IV penuh tidak ditoleransi: 25-50 mg PO tiap 6 jam setelah pemberian IV terakhir
-          Hipertensi :
metoprolol tartrat (Lopressor)
100 mg / hari PO awalnya dalam dosis tunggal atau dibagi tiap 12 jam; dapat ditingkatkan dengan interval 1 minggu atau lebih, tidak melebihi 450 mg / hari
metoprolol suksinat (Toprol XL)
25 - 100 PO perhari awalnya, dapat ditingkatkan dengan interval 1 minggu atau lebih, berbagai biasa, 50-100 mg / hari, tidak melebihi 400 mg / hari
-          Angina :
metoprolol tartrat (Lopressor)
100 mg / hari PO dibagi awalnya tiap 12 jam, dapat ditingkatkan dengan interval 1 minggu atau lebih, tidak melebihi 400 mg / hari
-          metoprolol suksinat (Toprol XL)
100/hari PO awalnya, dapat ditingkatkan dengan interval 1 minggu atau lebih, tidak melebihi 400 mg / hari
LIPITOR
Hiperkolesterolemia primer & dislipidemia campuran
Diindikasikan sebagai tambahan untuk diet untuk pengobatan peningkatan total-C, Apo B, dan TG level dan meningkatkan HDL-C pada pasien dengan hiperkolesterolemia primer (heterozigot familial dan nonfamilial) dan dislipidemia campuran (Fredrickson tipe IIa & IIb)
Dosis inisial : 10-20 mg PO perhari
Setelah inisiasi dan / atau pada dosis titrasi, memeriksa kadar lipid setelah 2-4 minggu dan menyesuaikan dosis yang sesuai
LISINOPRIL
-          AMI :
5 mg PO dalam waktu 24 jam dari timbulnya gejala MI akut, Kemudian 5 mg setelah 24 jam, 10 mg setelah 48 jam, dan 10 mg perhari selama 6 minggu
Pasien dengan tekanan darah sistolik rendah (yaitu, ≤ 120 mm Hg) ketika pengobatan dimulai atau selama 3 hari pertama harus menerima dosis yang lebih rendah dari 2,5 mg
Jika hipotensi terjadi (tekanan darah sistolik ≤ 100 mm Hg), dosis pemeliharaan harian 5 mg dapat diberikan, dengan pengurangan sementara untuk 2,5 mg jika diperlukan
pertimbangan dosis
Hentikan dengan hipotensi berkepanjangan (yaitu, tekanan darah sistolik <90 mm ​​Hg untuk> 1 jam)
-          Hipertensi :
Tidak mengkonsumsi diuretik: 10 mg PO perhari dosis inisialnya, adalah 20-40 mg / hari sebagai dosis harian tunggal
HEPARIN
-          STEMI
Pasien pada fibrinolitik: IV bolus 60 unit / kg (max: 4000 unit), kemudian 12 unit / kg / jam (max 1000 unit / jam) sebagai infus IV kontinu
Dosis harus disesuaikan untuk mempertahankan aPTT 50-70 detik
-          Angina tidak stabil / NSTEMI
Bolus IV awal dari 60-70 unit / kg (max: 5000 unit), kemudian awal infus IV 12-15 unit / kg / jam (max: 1000 unit / jam)

c.       Tepat obat
NITROGLICERIN
-          Mekanisme
Nitrat organik yang menyebabkan venodilation sistemik, penurunan preload
Mekanisme Seluler: nitrat memasuki otot polos pembuluh darah dan dikonversi menjadi oksida nitrat (NO) yang mengarah ke aktivasi cGMP & vasodilatasi
Melemaskan otot polos melalui pelebaran tergantung dosis arteri dan vena tidur untuk mengurangi preload dan afterload baik, dan permintaan O2 miokard
Juga meningkatkan sirkulasi kolateral koroner. BP lebih rendah, peningkatan SDM, sesekali bradikardia paradoksal
-          Interaksi obat
ASPIRIN
-          Mekanisme
Menghambat sintesis prostaglandin oleh siklooksigenase, menghambat agregasi platelet, memiliki aktivitas antipiretik dan analgesic
-          Interaksi obat
Aspirin+metoprolol : aspirin mengurangi efek metoprolol oleh antagonisme farmakodinamik. Signifikan - Memantau erat. Jangka panjang (> 1 minggu) penggunaan NSAID. NSAID mengurangi sintesis prostaglandin.
Aspirin+lisinopril : aspirin mengurangi efek lisinopril oleh antagonisme farmakodinamik. Signifikan - Memantau erat. NSAID mengurangi sintesis prostaglandin vasodilatasi ginjal, dan dengan demikian mempengaruhi homeostasis cairan dan dapat mengurangi efek antihipertensi.
Aspirin+heparin : aspirin, heparin. meningkatkan toksisitas dengan antikoagulan. Signifikan - Memantau erat. Kebutuhan akan penggunaan simultan dari aspirin dosis rendah dan antikoagulan atau obat antiplatelet yang umum untuk pasien dengan penyakit jantung, dipantau secara ketat.
Pada kasus ini tidak tepat dan harus dilakukan penggantian obat asetosal dengan Clopidogrel.
METOPROLOL
-          Mekanisme
Blok respon terhadap stimulasi beta-adrenergik; kardioselektif untuk reseptor beta1 pada dosis rendah, dengan sedikit atau tidak ada efek pada reseptor beta2
-          Interaksi obat
Metoprolol+aspirin : metoprolol dan aspirin baik peningkatan kalium serum. Signifikan - Memantau Erat
LIPITOR
-          Mekanisme
HMG-CoA reduktase inhibitor, menghambat langkah tingkat-pembatas dalam biosintesis kolesterol oleh kompetitif menghambat HMG-CoA reductase

LISINOPRIL
-          Mekanisme
Mencegah konversi angiotensin I menjadi angiotensin II (vasokonstriktor kuat) melalui penghambatan kompetitif enzim angiotensin-converting mengakibatkan penurunan angiotensin II plasma konsentrasi, tekanan darah dapat dikurangi sebagian melalui penurunan vasokonstriksi, meningkatkan aktivitas renin, dan penurunan sekresi aldosteron
Juga meningkatkan aliran darah ginjal
-          Interaksi obat
Lisinopril+aspirin : lisinopril, aspirin. Meningkatkan toxcity dari yang lain dengan lainnya (lihat komentar). Signifikan – Pemantauan ketat. Komentar: Dapat menyebabkan kerusakan fungsi ginjal, terutama pada usia lanjut atau volume individu habis
HEPARIN
-          Mekanisme
Mekanisme dosis rendah: menginaktivasi faktor Xa dan menghambat konversi prothrombin untuk trombin
Mekanisme untuk dosis tinggi: menginaktivasi faktor IX, X, XI, dan XII dan trombin dan menghambat konversi fibrinogen menjadi fibrin, Juga menghambat aktivasi faktor VIII
-          Interaksi obat
Heparin+aspirin : heparin dan aspirin keduanya meningkatkan antikoagulasi. Signifikan - Memantau erat.

d.      Tepat pasien
NITROGLICERIN
Kontraindikasi :
·         Hipersensitivitas, MI akut, anemia berat
·         Penggunaan Terbaru (terakhir 24 jam) sildenafil (Viagra), tadalafil (Cialis), atau vardenafil (Levitra) atau lainnya phopsphodiesterase-5 inhibitor: potensi hipotensi berbahaya
·         Glaukoma sudut sempit (kontroversial: mungkin tidak signifikan secara klinis)
ASPIRIN
Kontraindikasi :
·         Hipersensitif terhadap aspirin atau NSAID, reaksi hipersensitivitas aspirin terkait termasuk aspirin-diinduksi urtikaria (HLA-DRB1 * 1302-DQB1 * 0609 haplotipe), aspirin-toleran asma (HLA-DPB1 * 0301)
·         Alergi terhadap tartrazine dye
·         absolut
Perdarahan ulkus GI, anemia hemolitik dari kekurangan kinase piruvat (PK) dan dehidrogenase glukosa-6-fosfat (G6PD), hemofilia, diatesis hemoragik, wasir, ibu menyusui, polip hidung berhubungan dengan asma, sarkoidosis, trombositopenia, kolitis ulserativa
·         relatif
Radang usus buntu, asma (bronkial), diare kronis, obstruksi usus (untuk formulasi enterik berlapis), dehidrasi, gastritis erosif, hipoparatiroidisme
METOPROLOL
Kontraindikasi :
·         Sinus bradikardia, 2 ° / 3 ° blok jantung, syok kardiogenik, sindrom sinus sakit (kecuali alat pacu jantung permanen di tempat), penyakit pembuluh darah perifer berat, pheochromocytoma, MI akut dengan HR <45 denyut / menit, tekanan darah sistolik <100 mmHg
·         Asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
·         Metoprolol tartrate kontraindikasi untuk gagal jantung kongestif (CHF)
LIPITOR
Kontraindikasi :
·         Hipersensitivitas terhadap atorvastatin
·         Penyakit hati aktif, atau transminases ditinggikan
·         Kehamilan,
·         laktasi
LISINOPRIL
Kontraindikasi :
·         Hipersensitivitas terhadap lisinopril / ACEi lainnya
·         Sejarah ACE inhibitor-induced angioedema, keturunan atau idiopathic angioedema
·         Bilateral stenosis arteri renalis
·         Jangan diberikan pada pasien dengan diabetes atau gangguan ginjal (yaitu, GFR <60 mL/min/1.73 m2)

HEPARIN
Kontraindikasi :
·         trombositopenia berat
·         Tidak terkendali, perdarahan aktif (kecuali DIC)
·         Kondisi di mana tes koagulasi tidak dapat dilakukan pada interval yang tepat.

e.       Waspada efek samping
NITROGLICERIN
umum
sakit kepala, hipotensi, takikardia, pusing, ringan , penglihatan kabur, pembilasan, N / V, gugup, xerostomia, serius Methemoglobinemia (jarang), keadaan pingsan, Waktu perdarahan berkepanjangan, dermatitis eksfoliatif, angina tidak stabil, Rebound hipertensi, trombositopenia

ASPIRIN
Angioedema, bronkospasme, perubahan CNS, masalah Dermatologic, Nyeri GI, ulserasi, perdarahan, hepatotoksisitas, Gangguan pendengaran, mual, Penghambatan agregasi trombosit, hemolisis prematur, Edema paru (salisilat-diinduksi, noncardiogenic), ruam, kerusakan ginjal, tinnitus, urtikaria, muntah

METOPROLOL
Pusing (10%), Sakit kepala (10%) , Kelelahan (10%) , Depresi (5%) , Diare (5%), Pruritus (5%), Bradikardia (3%), Dyspnea (3%), Ekstremitas dingin (1%), Sembelit (1%), Dispepsia (1%), Gagal jantung (1%), Hipotensi (1%), Mual (1%), Mengi (1%)
Frekuensi Tidak Ditetapkan
Bronkospasme, Penurunan toleransi latihan, fenomena Raynaud, Peningkatan kadar trigliserida dan resistensi insulin, penurunan high density lipoprotein (HDL)

LIPITOR
> 10%
Diare (5-14%), Nasopharyngitis (4-13%), Arthralgia (4-12%)
1-10%
Insomnia (1-5%), Infeksi saluran kemih (4-8%), Mual (4-7%), Dispepsia (3-6%), Peningkatan transaminase (2-3%), Kejang otot (2-5%), Nyeri muskuloskeletal (2-5%), Mialgia (3-8%), Nyeri Limb (3-8%), Nyeri pharyngolaryngeal (1-4%)
Frekuensi Tidak Ditetapkan
Angina, pingsan, sesak nafas, miopati, Anapylaxis, Sindrom Stevens-Johnson

LISINOPRIL
> 10%
Pusing (5-12%)
1-10%
Batuk (4-9%), Sakit kepala (4-6%), Hiperkalemia (2-5%), Diare (3 - 4%), Hipotensi (1-4%), Nyeri dada (3%), Kelelahan (3%), Mual / muntah (2%), Penyakit ginjal, pasien AMI (2%), Ruam (1-2%)
Frekuensi Tidak Ditetapkan
Reaksi hipersensitivitas Immune, psoriasis, Angioedema wajah, bibir, tenggorokan, usus angioedema

HEPARIN
> 10%
Trombositopenia heparin-induced, mungkin tertunda (10-30%)
Frekuensi Tidak Ditetapkan
Nyeri ringan, Lebam, Pendarahan, Iritasi lokal , Eritema, Situs Injection ulkus (setelah injeksi SC dalam), Peningkatan aminotransferase hati, Anafilaksis, Reaksi hipersensitivitas Immune, Osteoporosis (jangka panjang, penggunaan dosis tinggi)



f.       Pemberian informasi kepada penderita (Konseling Informasi Edukasi =KIE)
Bapak WY diharapkan mengkonsumsi nitroglycerin (0,2-0,6 mg hanya jika serangan arteri koroner terjadi atau dapat digunakan sebelum melakukan aktivitas yang dapat memicu terjadinya serangan digunakan secara sublingual) dan penggunaan metoprolol seharusnya dihentikan karena TD bpk WY sudah 110/70. dan hanya menggunakan obat golongan ACEi yaitu lisinopril yang digunakan apabila pada saat tekanan darah meningkat lagi. karena kedua obat tersebut merupakan obat terapi hipertensi dan apabila digunakan bersamaan akan menimbulkan hipotensi. Sedangkan aspirin tidak digunakan karena memiliki interaksi dengan metoprolol atau lisinopril. Kemudian ditambahkan dengan heparin untuk mengurangi penmbekuan darah pada pembuluh darah. Selain itu pasien harus mengurangi aktivitas fisik yang memicu terjadinya serangan arteri koroner. Selain itu lebih sering cek-up kedokter untuk melihat perkembangan dari penyakit-nya hal ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya serangan mendadak.

g.      Pilihan obat yang tepat untuk pasien
Lipitor                        : 10 mg Per oral perhari
Heparin                      : Bolus IV awal : 60 unit/kg x75 kg = 4500 unit IV bolus, kemudian awal infus IV 12 unit/kg/jam x 75 kg = 900 unit/jam
Lisinopril                    : 5 mg PO dalam waktu 24 jam dari timbulnya gejala MI akut, Kemudian 5 mg setelah 24 jam, 10 mg setelah 48 jam, dan 10 mg perhari selama 6 minggu (penggunaannya apabila tekanan darah meningkat)

h.      Memonitor efek pengobatan yang terjadi
·         Tekanan darah
·         Nyeri dada
·         Kadar LDL
·         Data laboratorium
i.        Terapi non farmakologi
Terapi diet
Terapi diet dimulai dengan menilai pola makan pasien, mengidentifikasi makanan yang mengandung banyak lemak jenuh dan kolesterol serta berapa sering keduanya dimakan. Jika diperlukan ketepatan yang lebih tinggi untuk menilai asupan gizi, perlu dilakukan penilaian yang lebih rinci, yang biasanya membutuhkan bantuan ahli gizi.Penilaian pola makan penting untuk menentukan apakah harus dimulai dengan diet tahap I atau langsung ke diet tahap ke II. Hasil diet ini terhadap kolesterol serum dinilai setelah 4-6 minggu dan kemudian setelah 3 bulan.
Komposisi I-II
Tahap I
Tahap II
Karbohidrat (% kalori)
50-60
50-60
Protein (% kalori)
15-20
15-20
Lemak (% kalori)
< 30
< 30
Kolesterol (mg/dL)
< 300
< 200

Latihan jasmani
Dari beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat meningkatkan kadar HDL dan Apo AI, menurunkan resistensi insulin, meningkatkan sensitivitas dan meningkatkan keseragaman fisik, menurunkan trigliserida dan LDL, dan menurunkan berat badan.
Setiap melakukan latihan jasmani perlu diikuti 3 tahap :
a.       Pemanasan dengan peregangan selama 5-10 menit
b.      Aerobik sampai denyut jantung sasaran yaitu 70-85 % dari denyut jantung maximal ( 220 - umur ) selama 20-30 menit.
c.       Pendinginan dengan menurunkan intensitas secara perlahan - lahan, selama 5-10 menit. Frekwensi latihan sebaiknya 4-5 x/minggu dengan lama latihan 5-10 menit


V.                PEMBAHASAN
Dalam penyelesaian kasus dislipidemia diatas menggunakan metode SOAP (Subjective, Objective, Assesment, Plan) pemilihan obat untuk pasien yaitu Heparin, Lipitor, dan Lisinopril, dan obat yang tidek digunakan yaitu Aspirin, Metoprolol dan Nitrogliserin SL.
Heparin digunakan sebagai obat untuk menangani trombosis yang terjadi pada pembuluh darah pasien yang kemungkinan mengalami infark miokardial, heparin berfungsi sebagai anti koagulan yang akan mengatasi pembekuan darah pada pembuluh darah arteri dengan mekanisme menginaktivasi faktor Xa dan menghambat konversi prothrombin untuk trombin. Lalu obat Lipitor, lipitor digunakan untuk mengurangi kadar LDL yang menyebabkan dislipidemia dengan mekanisme HMG-CoA reduktase inhibitor, akan menghambat langkah tingkat-pembatas dalam biosintesis kolesterol. Kemudian obat Lisinopril, Lisinopril sebenarnya digunakan untuk mengatasi riwayat penyakit hipertensi yang dulunya diderita oleh pasien tapi karena setelah melakukan pengecekan tekanan darah tekanan darah bapak WY 110/70 mmHg, yang menunjukan tekanan darah bapak WY hipotensi, oleh karena bapak WY terkena hipotensi maka penggunaan lisinopril hanya digunakan apabila bapak WY terkena hipertensi atau tekanan darahnya meningkat lagi. Dasar penggunaan lisinopril dibandingkan dengan metoprolol sebagai obat pilihan yaitu yaang pertama karena lisinopril selain digunakan sebagai terapi hipertensi juga dapat digunakan pula sebagai obat IMA (infark miokardial akut) dan juga dapt menurunkan kadar LDL dalam tubuh.
Obat yang tidak digunakan adalah metoprolol dan aspirin. Tidak digunakannya metoprolol karena metoprolol merupakan obat yang juga diindikasikan untuk hipertensi yang berarti satu kelas terapi dengan lisinopril walaupun dalam golongan berbeda jadi harus dipilih salah satu obat antara lisinopril dan metoprolol. Jadi berdasarkan alasan pemilihan obat antara lisinopril dan metoprolol seperti yang yang telah disebutkan diatas kami memilih obat Lisinopril. Sedangkan aspirin tidak digunakan karena berdasarkan terapi yang diberikan pada kasus aspirin digunakan secara oral untuk mengatasi ketidaknyamanan pada dada pasien. Padahal efek yang diinginkan harus secepat mungkin sehingga pemberian aspirinper oral tidak memungkinkan untuk menangani hal tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut maka diberikan Heparin secara IV bolus yang waktu kerjanya lebih cepat untuk menangani ketidaknyamanan pada dada pasien dibandingkan dengan pemberian aspirin seara oral. Lalu tidak digunakannya aspirin karena aspirin berinteraksi dengan obat pilihan lain yaitu lisinopril seperti yang telah dijelaskan pada 4T+1W. Dan obat terakhir yang tidak digunakan adalah nitrogliserin SL, walaupun nitrogliserin merupakan lini pertama untuk mengatasi nyeri dada  yang disebabkan oleh angina pektoris, tapi nitrogliserin tidak digunakan karena tidak ada tanda nyeri pada dada pasien akan sembuh atau hilang. Menurut medscape apabila nyeri pada dada tidak hilang maka segera hubungi petugas medis, berdasarkan hal itu bapak WY kemungkinan telah terkena infark miokardial karena nyeri pada tidak hilang dalm waktu yang cukup lama. Maka apabila nyeri tidak hilang dengan penggunaan obat-obatan makan harus dilakukan tindakan seperti angioplasti koroner (PTCA) dan apabila tidak berhasil maka dilakukan bedah pintas koroner (CABG).
Selain pengobatan secara farmakologis baik non bedah atau bedah diatas diperlukan juga terapi non farmakologis untuk menangani dislipidemia dan  juga penyakit penyerta lain dari pasien seperti : Terapi diet, Dimulai dengan menilai pola makan pasien, mengidentifikasi makanan yang mengandung banyak lemak jenuh dan kolesterol serta seberapa sering keduanya dikonsumsi. Latihan jasmani. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat meningkatkan kadar HDL, menurunkan trigliserida, menurunkan LDL dan menurunkan berat badan. Selain hal diatas juga harus dilakukan pengurangan faktor resiko dari berbagai penyakit yang dialami oleh bapak WY seperti merokok, obesitas, dan lain-lain.
VI.             KESIMPULAN
Penyakit kardiovaskuler (PKV) merupakan penyakit yang paling prevalen dan menjadi pembunuh utama dibanding dengan penyakit lainnya dinegara-negara industri dan Indonesia.
Aterosklerosis merupakan masalah yang paling rumit, bersifat multifaktorial, sehingga menanggapinya harus secara holistik. Endotel merupakan titik temu bagian darah yang aktif mengubah dan bagian dinding yang akan diubah, untuk mengalami remodelling.
Secara teoritis banyak hal yang dapat dikerjakan namun belum semua dapat praktis dilaksanakan, dan hanya beberapa saja yang mungkin al: lipid-lowering drugs. Terbukti dari data epidemiologist bahwa menurunkan lipid akan diikuti dengan penurunan angka kesakitan maupun angka kematian kardiovaskuler.
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar HDL. Faktor utama peningkatan kadar kolesterol dalam darah adalah keturunan dan asupan lemak tinggi.
Dislipidemia merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit jantung atau serangan jantung.



VII.          DAFTAR PUSTAKA
Brown G, Zhao,X,Sacco DE,Albers JJ. Lipid lowering and plague regression. New insights into prevention of plaque disruption and clinical events in coronary disease. Circulation; 87:1781,1993
Deslypere, J.P. The Role of HMG-CoA Reductase inhibitors in the treatment of Hyperlipidemia: A Review of Flu vast at in. Current Th.Res. 1995,111-128.
Dorland’s Illustrated Medical Dictionary 32nd Edition. Elsevier. 2012.
Dzau VJ. The inter-relationship of hypertension, dyslipidemia and atherosclerosis, the important role of the endothelium.J.Drug Dev 1991;4 (suppl) 3,7.
Kennedy, L.W. American Heart Association consensus panel statemen on preventing heart attack and death in patients with coronary diseaese . J ACC, 1995,26; 291
Mancini GBJ . Clinical evidence for atherosclerotic lesion regression J. Drug Dev, 1992: 2, 21-27.
Martindale, 34th edition halaman 956-957 2. MIMS edisi bahasa Indonesia 2008 halaman 59-61 3. DIH, 17th edition halaman 1039-1041 4. AHFS. Drug Information halaman 1781-1789
MIMS Edisi Bahasa Indonesia, Volume 11. 2010.
Pedoman Deteksi, Prevensi dan Tatalaksana Dislipidemia dalam penanggulangan Penyakit Jantung Koroner, PERKI edisi 1995.
Peters, T.K. Fluvastarin in severe Hypercholesterolemia: Analysis of a Clinical Trial Database. AJ.Cardiol.l995
Smith,S.C et al. Preventing Heart attack and death in Patients with Coronary Disease. AHA Consensus Panel Statement. JACC 1995,26; 292-294.
Thomson G.R Towards a New Era: Is Coronary Artery Disease Reversible? Cardiology 1990;77 (suppl 4) 66-68.
Wijaya, Aparameter Resiko Penyakit Vaskuler aterosklerotik. Koroner dan serebral. Forum Diangnostikum 1995,3; 1-15